Saat ini, UMKM perlu lebih melek digital dengan
mengalihkan sistem pembayaran dan transaksinya ke ranah digital. Dilansir dari Solopos.com, pembayaran non-tunai atau digital
didefinisikan sebagai mekanisme atau cara pembayaran transaksi jual-beli yang
tidak lagi memerlukan uang dalam bentuk fisik. Konsumen
cukup menggunakan kartu kredit, debit, hingga yang paling baru adalah
menggunakan uang elektronik alias e-money.
Nah, melalui alat pembayaran digital ini, konsumen dan penjual tidak perlu lagi
repot-repot membawa atau menyimpan uang tunai dalam jumlah banyak, karena
semuanya sudah disetor dengan aman di kartu dan sistem elektronik. Sebisa mungkin, pelaku bisnis F&B sebisa
mungkin harus cepat beradaptasi dengan teknologi digital. Proses menuju digitalisasi bisnis pertama-tama bisa
dimulai dengan menerapkan sistem kasir digital, yang langsung terhubung dengan
bank. Beberapa aplikasi kasir digital yang sudah tersedia saat ini antara lain
adalah Moka, Pawoon, dan Olsera. Apa
keuntungan utama aplikasi ini? Pertama, kasir digital bisa membaca data lebih
baik. Kita bisa mendapatkan data lengkap tentang produk apa yang paling sering
dibeli, jam berapa atau di hari apa saja restoran sepi pelanggan, dan bahkan
berapa banyak biasanya pelanggan berbelanja di tempat kita. Kasir
digital bisa terhubung lewat smartphone melalui
koneksi internet, dan karenanya bisa diakses dari mana saja. Sebagai pemilik
bisnis, kita bisa jadi lebih mudah melihat laporan harian dan analisis performa
usaha kita. Sistem kasir digital ini bisa diterapkan melalui pembayaran
menggunakan kartu debit, kredit, Flazz,
atau scan QR Code Payment dan QRIS. Digitalisasi
Pengelolaan Arus Kas juga memiliki beberapa keuntungan lainnya, yaitu : ·
Menghemat waktu berhitung karyawan, karena meskipun kasir memang
sudah terlatih berhitung, mereka tetap akan repot merapikan uang fisik di mesin
kasir. ·
Tidak perlu repot mengurus uang kembalian ·
Lebih bersih dan less
contact, padahal demi meminimalisir penyebaran COVID-19, kita harus jaga
jarak secara fisik. ·
Aman, karena uang di kasir sedikit, akan lebih sulit bagi preman
atau perampok untuk melakukan tindak kejahatan terhadap hasil usaha kita. ·
Pengelolaan arus kas yang lebih mudah, karena semua langsung
masuk ke sistem pencatatan digital dan bisa ditotalkan langsung dengan sekali
klik. Dan bisa langsung refresh untuk keesokan harinya untuk halaman pencatatan
baru. Semua bisa diakses melalui internet di mana saja sehingga lebih mudah
bagi pemilik bisnis untuk melihat laporan arus kasnya. ·
Promosi yang lebih mudah direncanakan lewat data yang didapat
melalui sistem pengelolaan keuangan bisnis secara digital. Tujuan
Transformasi Pembayaran DigitalBanyak
pelaku bisnis mulai menerapkan digitalisasi kasir dan pembayaran, karena lebih
mudah bagi mereka untuk mengelola produk dan perputaran uang dalam penjualan.
Setiap hari, penjualan mengalami naik turun, dan akan lebih mudah menganalisis
performa ini melalui sistem digital. Begitu data dimasukkan, langsung bisa
terbaca dan diakses. Selain
itu, saat ini pelanggan juga banyak yang membatasi diri dalam membawa uang
tunai dan lebih senang membayar dengan cara digital. Selain itu, orang-orang
juga lebih suka melakukan segala hal lewat gadget yang dibawa, seperti smartphone. Karenanya, untuk mengikuti
perkembangan zaman yang sudah memasuki era industri 4.0, banyak pebisnis lebih
memilih menerapkan sistem pembayaran digital. Sekarang
penerapan pembayaran digital juga sudah bisa memakai QR Code, yang lebih aman
dan bisa dilakukan lewat smartphone.
Tidak perlu lagi khawatir jika alat gesek kartu kredit dan debit mendadak tidak
berfungsi atau hilang koneksi. Tentunya, hal ini bisa mengeliminasi satu dua
masalah yang kerap timbul saat bertransaksi dengan uang tunai. Contoh Kasus: Soto Kudus SenayanDalam
kondisi pandemi semua hal harus mengalami penyesuaian, termasuk operasional
usaha. Namun, tentu ada beberapa hal yang tetap harus diperhatikan. Dalam
mengelola bisnis F&B miliknya, Adrianus juga harus melakukan penyesuaian. Soto Kudus Senayan adalah
salah satu UKM yang terdampak pandemi namun mampu bertahan. Awalnya, ia memilih
berbisnis F&B karena tingkat keberhasilannya yang cukup besar dan modal
yang dibutuhkan tidak besar. Tak hanya itu, semua orang butuh makan, dan
karenanya pasar untuk produk F&B akan
selalu ada. Soto Kudus Senayan sendiri
lebih menyasar konsumen muda, yang masih senang berbelanja makanan. Adrianus
Roy Samanta, owner Soto Kudus Senayan mengaku
memilih soto kudus karena kuliner ini sudah terkenal di mana-mana, bahkan
menjadi comfort food bagi
sebagian orang. Karenanya, soto pasti gampang diterima oleh pasar. Jangkauan
pasarnya pun luas, meskipun kompetitornya juga tak kalah banyak. Namun,
meskipun sudah melakukan banyak penyesuaian, Adrianus tetap kesulitan
mempertahankan bisnisnya di tengah pandemi. Saat
angka kasus COVID-19 meningkat, Adrianus berpikir untuk membuka outlet di salah satu rumah sakit.
Alasannya, karena rumah sakit merupakan tempat yang ramai, sementara di mall
justru sepi. Namun, ternyata masyarakat masih takut dalam membeli masakan di
rumah sakit. “Yang berani masuk ke area publik seperti ini masih sedikit,
kecuali yang memang benar-benar membutuhkan pelayanan rumah sakit, seperti
pemeriksaan kehamilan dan pemberian vaksin wajib pada anak serta balita,” ujar
Adrianus. Karenanya,
ia kemudian berusaha mengalihkan pengoperasian bisnisnya ke ranah digital. Ia
menerapkan sistem kasir dan transaksi dengan pelanggan secara digital, dibantu
aplikasi-aplikasi yang ada. Hasilnya, konsumen menjadi lebih nyaman dan merasa
aman berbelanja karena sistem yang diberlakukan mengusung konsep less contact. Ia juga mengaku mendapat
gambaran performa bisnis yang lebih baik secara digital. Timnya
menjadi lebih sadar terhadap produk-produk apa saja yang lebih diminati
konsumen, dan kapan saja waktu konsumen giat berbelanja di tempat mereka. Kedua
data ini memungkinkannya untuk lebih mudah menargetkan promosi dan produk yang
dijual. Namun,
peralihan ini bukannya tanpa hambatan. Di awal penerapannya, beberapa staf
sempat bingung dengan sistem digital yang baru diterapkan. Namun, karena staf
dan karyawan yang dipekerjakan juga masih muda, mereka masih ingin banyak
belajar sehingga hambatan ini mudah diatasi dengan mendorong staf untuk terus
belajar. Hingga saat ini, peralihannya ke ranah digital bisa terbilang cukup
lancar.
Banyak
orang tidak mengerti bahwa digital
economy sebenarnya selaras dengan pengelolaan data digital. Padahal,
Go Digital lebih banyak dan mudah memberi kita akses terhadap data. Saat ini,
data adalah hal penting. Promosi, penentuan harga, penentuan jam buka, semuanya
bisa ditentukan dengan efektif melalui pembacaan data-data tersebut. Dengan
memanfaatkan hal ini, kita bisa menjalankan bisnis dan promosi dengan lebih
efisien. Jangan hanya mengandalkan asumsi dan intuisi. Sudah saatnya kita
memajukan bisnis dengan memanfaatkan data digital lebih baik lagi.
Jika
merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan
lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat
Wirausaha. |