Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memegang peranan penting
dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebab, kelompok UMKM ini memiliki jumlah
yang paling banyak dibanding unit usaha lain. Berdasarkan
data Badan Koordinasi Penanaman Modal, UMKM memiliki kontribusi terhadap PDB
yaitu sebesar 61,97% dari total PDB nasional atau setara dengan Rp8.500 triliun
pada tahun 2020. UMKM juga
menyerap 97% tenaga kerja pada tahun yang sama. Begitu vitalnya peran UMKM
menjadikan pemerintah di berbagai daerah selalu berusaha mewadahi dan
memberikan dukungan atas kemajuan UMKM. Sebagai
penggerak roda perekonomian, UMKM merupakan unit usaha yang sangat beragam.
Mulai dari penjual keliling hingga home industry. Proyeksi UMKM 2023 bisa menjadi solusi yang menentukan
pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam sebuah
pernyataan, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, menaikkan kelas
UMKM di Indonesia merupakan strategi utama pemerintah untuk menjaga
perekonomian nasional. Menurutnya,
UMKM merupakan fundamental ekonomi nasional yang sudah terbukti berpuluh-puluh
tahun, bahkan dalam masa krisis sekali pun. Indonesia
tidak bisa hanya menggantungkan dirinya pada investasi dan ekonomi global.
Pasalnya, saat ini saja ekonomi global sedang dilanda ancaman resesi yang kian
nyata. Kemenko
bidang ekonomi mencatat, International Monetary Fund
(IMF) per Oktober 2022 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global terus melambat
dari 6% pada 2021, menjadi 3,2% pada 2022 dan 2,7% pada 2023. Bank Dunia
juga menyebut bahwa pertumbuhan global melambat dari 5,7% pada 2021 menjadi
hanya 2,3% di 2023. Upaya
mendorong pertumbuhan UMKM dapat dilakukan dengan penyaluran modal, memberikan
akses pelatihan bisnis, manajemen, dan lainnya. Tak
ketinggalan, Suahasil juga mengharapkan adanya kemitraan antara UMKM dengan
perusahaan dan mendorong adanya digitalisasi. Dengan
kondisi tersebut, UMKM yang sudah ada sejak lama dapat membantu menggerakkan
perekonomian dari segala sektor. Dikutip dari laman Otoritas
Jasa Keuangan, secara sederhananya resesi adalah kondisi
perekonomian suatu negara yang sedang memburuk karena angka Produk Domestik
Bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, dan pertumbuhan ekonomi riil
negatif dalam kurun waktu dua tahun berturut-turut. Berbagai
pihak berulang kali menyebut bahwa ancaman resesi semakin dekat, kondisi
ekonomi dunia tahun 2023 juga diprediksi akan semakin berat. Ancaman
resesi menghantui semua negara di dunia. Beberapa di antaranya bahkan sudah
masuk jurang resesi dan mengalami peningkatan inflasi. Bagi Indonesia, resesi
masih menjadi ancaman yang membahayakan. Meski begitu,
pengalaman membuktikan bahwa selama masa-masa sulit, mulai dari krisis 1998
sampai pandemi Covid-19, UMKM merupakan garda terdepan ekonomi nasional. Ketika ada
banyak perusahaan yang mengalami kemunduran, UMKM bisa terus berjaya di tengah
himpitan ekonomi. Menurut data
Kementerian Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (KUKM) tahun 2018, jumlah
pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta atau 99,99 persen dari jumlah pelaku usaha di
Indonesia. Di luar data
tersebut, pertumbuhan UMKM di Indonesia memang sangat pesat. UMKM menyumbang
persentase yang besar dalam upaya mengurangi angka pengangguran. Ditambah
lagi, UMKM memiliki ketergantungan yang rendah terhadap mata uang asing.
Berbeda dengan perusahaan besar yang cukup bergantung pada dolar dan modal
asing. Oleh karena
ini, naik-turunnya nilai dolar tidak akan berpengaruh besar terhadap UMKM.
Itulah mengapa keberadaan UMKM begitu tangguh meskipun di tengah ancaman krisis
ekonomi dunia. Proyeksi UMKM
2023 sebagai solusi jitu atas ancaman resesi memang tak bisa dipandang sebelah
mata. Proyeksi UMKM 2023 juga berdampak pada sektor kredit perbankan.
Dikutip dari CNBC Indonesia, ekonom senior Indef Aviliani memprediksi
pertumbuhan kredit perbankan tahun 2023 berada di kisaran 9-10%. Hal tersebut
didukung oleh serapan kredit UKM dan pulihnya sektor pariwisata yang
memunculkan sektor bisnis baru di bidang digital. Pemulihan
kondisi pariwisata memicu pertumbuhan kredit yang signifikan di perbankan. Pasalnya,
UMKM merupakan jenis usaha yang paling cepat dan mudah untuk berdiri dan
berkembang. “UMKM itu
mereka kan entry barrier-nya lebih mudah, sehingga
ketika tempat-tempat wisata sekarang mulai bergerak tidak hanya di Bali, tapi
sekarang di Labuan Bajo, di Toba, itu sudah mulai bergerak. Itu ternyata
menyerap cukup besar dan itu ada sekitar 10 turunan dari pada sektor yang
dimasuki oleh UMKM,” Ungkap Aviliani, dikutip dari CNBC Indonesia (24/12/22).
Itulah
pembahasan tentang proyeksi UMKM 2023 yang bisa menjadi tulang punggu ekonomi
nasional. |