Perangkat smart home system terhubung satu sama
lain dan dapat diakses melalui satu titik pusat yaitu smartphone,
tablet, laptop, atau konsol game. Kunci pintu, televisi, termostat, CCTV, kamera,
lampu, dan bahkan peralatan seperti kulkas dapat dikontrol melalui 1 sistem
otomatisasi rumah yaitu smart home
system. Sistem rumah pintar diinstal pada perangkat seluler
atau perangkat jaringan lainnya. Pengguna dapat membuat jadwal serta waktu agar
perubahan tertentu diterapkan, sehingga sistem lebih up
to date. Smart home system dilengkapi
dengan artificial intelligence sehingga
mereka dapat mempelajari jadwal pemilik rumah dan melakukan penyesuaian sesuai kebutuhan. Salah satunya yang
banyak diterapkan pemilik smart home
system adalah dengan kontrol pencahayaan. Ini memungkinkan
pemilik rumah mengurangi penggunaan listrik dan
mendapat manfaat dari penghematan biaya terkait energi. Beberapa smart home system memperingatkan
pemilik rumah jika ada gerakan yang terdeteksi di dalam rumah saat para
penghuni pergi. Sementara sistem
lainnya dapat menghubungi pihak berwenang seperti polisi atau pemadam
kebakaran, jika ada situasi yang akan segera terjadi. Setelah terhubung, layanan seperti bel pintu, sistem
keamanan, dan peralatan smart home
system lainnya akan menjadi bagian dari teknologi internet of things (IoT) atau jaringan
objek fisik yang dapat mengumpulkan dan berbagi informasi elektronik. Keamanan dan efisiensi adalah alasan utama di balik
peningkatan penggunaan smart home system. Sistem dapat menampilkan sistem nirkabel, terprogram
atau keduanya. Smart home system secara
nirkabel lebih mudah dipasang. Memasang sistem
otomatisasi rumah nirkabel dengan fitur-fitur seperti pencahayaan cerdas,
kontrol iklim, dan keamanan dapat menghabiskan biaya yang tidak terlalu besar
sehingga memang banyak direkomendasikan. Di sisi lain,
sistem rumah pintar dianggap lebih andal dan biasanya lebih sulit untuk
diretas. Sistem bawaan dapat meningkatkan nilai jual kembali rumah. Akan tetapi, smart home system bawaan sudah pasti
akan cukup mahal. Dikutip dari
Investopedia, smart home system yang
mewah dan terprogram dapat menghabiskan biaya puluhan bahkan ratusan juta bagi
pemilik rumah. Dikuti dari
Fortune Business Insights, pasar smart
home system secara global bernilai sekitar USD24 miliar atau sekitar
Rp346 T pada tahun 2016. Angka tersebut tumbuh menjadi USD 45,8 miliar atau
sekitar Rp658 T pada tahun 2017. MarketWatch menerangkan bahwa dalam dunia smart home system di Amerika
Serikat, jumlah rumah tangga yang aktif diperkirakan akan berjumlah 77 juta
pengguna pada tahun 2025. Hiburan smart
video dan smart speaker saat
ini merupakan komponen terbesar dari teknologi smart
home system, diikuti oleh sistem keamanan rumah dan layanan pemantauan atau monitoring system. Teknologi smart speaker telah sepenuhnya merambah
pasar Amerika Serikat. Lebih dari sepertiga rumah tangga saat ini
menggunakan perangkat seperti Amazon Echo (Alexa) atau Google Nest.4 Memasang teknologi smart home system, tentu saja tidak
berbeda dengan penggunaan teknologi lainnya yang memiliki dampak positif juga
negatif. Semuanya kembali dengan bagaimana perspektif dan
preferensi masing-masing orang. Daripada mengontrol peralatan, termostat,
pencahayaan, dan fitur lainnya menggunakan perangkat yang berbeda, pemilik
rumah dengan smart home system dapat
mengontrol semuanya menggunakan satu perangkat yang biasanya menggunakan smartphone atau tablet. Karena smart home system terhubung ke
perangkat portabel, pengguna bisa mendapatkan pemberitahuan dan pembaruan
tentang masalah di rumah mereka. Misalnya, smart doorbeels memungkinkan
pemilik rumah untuk melihat dan berkomunikasi dengan orang-orang yang datang ke
rumah mereka bahkan ketika mereka tidak di rumah. Dengan smart
home system, pemilik rumah dapat mengatur dan mengontrol suhu internal,
pencahayaan, dan juga peralatan lainnya. Untuk biayanya, pemilik rumah bisa mendapatkan
keuntungan dari penghematan biaya yang signifikan. Peralatan elektronik dapat
digunakan lebih efisien, dimana hal tersebut dapat menurunkan biaya energi. Kekurangan
Smart Home System Ketika smart home
system menawarkan kenyamanan dan penghematan biaya,
bukan berarti teknologi ini tidak memiliki tantangan. Risiko keamanan dan bug terus
mengganggu pembuat dan pengguna teknologi. Peretas yang mahir
misalnya, dapat memperoleh akses ke peralatan smart home system yang
terhubung di internet. Pada Oktober 2016, sebuah
botnet bernama Mirai menyusup ke perangkat DVR, kamera, dan router yang
saling terhubung untuk menjatuhkan sejumlah situs web utama melalui serangan
penolakan layanan, yang juga dikenal sebagai serangan DDoS. Langkah-langkah
untuk mengurangi risiko serangan tersebut termasuk melindungi peralatan dan
perangkat smart home system dengan
kata sandi yang kuat, menggunakan enkripsi jika tersedia, dan hanya
menghubungkan perangkat tepercaya ke jaringan seseorang. Seperti disebutkan di atas, biaya pemasangan smart home system juga membutuhkan
biaya yang tidak sedikit.
|