PENGAMBILAN KEPUTUSAN
YANG ETIS DALAM PERAN MANAJERIAL
Keadaan sosial dapat mempermudah ataupun mempersulit kita untuk bertindak
sesuai dengan penilaian kita. Dalam dunia bisnis, terkadanga konteks organisasi
mempersulit kita untuk bertindak secara etis bahkan bagi orang yang berniat
paling baik sekalipun, atau mempersulit orang yang tidak jujur untuk bertindak
tidak etis. Tanggung jawab atas keadaan yang dapat mendorong perilaku etis dan
menekan perilaku tidak etis jatuh kepada manajemen bisnis dan tim eksekutif.
Dalam situasi bisnis, para individu harus mempertimbangkan implikasi etis dan
pengambilan keputusan pribadi dan profesional (personal and prosfessionanl
decision making). Beberapa dari peran yang kita emban bersifat sosial : teman,
anak, pasangan, warga negara, tetangga. Beberapa bersifat institusional :
manajer, pengajar, pengacara, akuntan, auditor, analis keuangan, dan
sejenisnya. Pengambilan keputusan dalam konteks ini menimbulkan pertanyaan yang
lebih luas berkaitan dengan tanggung jawab sosial dan keadilan sosial.
Dalam konteks bisnis, para individu mengisi peran sebagai karyawan, manajer,
eksekutif senior, dan anggota dewan. Para manajer, eksekutif, dan anggota dewan
memiliki kemampuan untuk menciptakan dan membentuk konteks organisasi di mana
semua karyawan mengmbil keputusan. Oleh karena itu, mereka memiliki sebuah
tanggung jawab untuk meningkatkan pengaturan organisasi yang mendorong perilaku
etis dan menekan perilaku tidak etis. Pada umumnya, kita
juga lebih nyaman dengan aturan keputusan yang disederhanakan. Sebuah aturan
keputusan yang sederhana memberikan ketenangan bagi banyak pengambil keputusan.
Kita terkadang memilih alternatif yang memenuhi kriteria keputusan yang
minimal, dikenal juga dengan istilah “satisficing” (memuaskan). Kita memilih
pilihan yang mencukupi, pilihan yang dapat diterima manusia, walaupun itu bukan
yang terbaik.
Baru sandungan lainnya tidak bersifat kognitif atau intelektual akan tetapi
berkaitan dengan motivasi dan keinginan yang kuat. Terkadang orang-orang juga
megambil keputusa yang belakangan mereka sesali karena mereka kurang memiliki
keberanian untuk melakukan sebaliknya, tidak mudah untuk melakukan sesuatu yang
benar. Pada umumnya, kita
juga lebih nyaman dengan aturan keputusan yang disederhanakan. Sebuah aturan
keputusan yang sederhana memberikan ketenangan bagi banyak pengambil keputusan.
Kita terkadang memilih alternatif yang memenuhi kriteria keputusan yang minimal,
dikenal juga dengan istilah “satisficing” (memuaskan). Kita memilih pilihan
yang mencukupi, pilihan yang dapat diterima manusia, walaupun itu bukan yang
terbaik.
Baru sandungan lainnya tidak bersifat kognitif atau intelektual akan tetapi
berkaitan dengan motivasi dan keinginan yang kuat. Terkadang orang-orang juga
megambil keputusa yang belakangan mereka sesali karena mereka kurang memiliki
keberanian untuk melakukan sebaliknya, tidak mudah untuk melakukan sesuatu yang
benar.
Membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan secafra etis sepanjang hidup
seseorang mungkin merupakan tantangan paling serius yang dihadapi semua orang.
Hal yang paling mudah adalah bersikap pasif dan hanya menyesuaikan diri dengan
ekspektasi sosial dan budaya, “mengikuti arus”.
|