• 8.00 : 18.00

PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS DALAM PERAN MANAJERIAL

            Keadaan sosial dapat mempermudah ataupun mempersulit kita untuk bertindak sesuai dengan penilaian kita. Dalam dunia bisnis, terkadanga konteks organisasi mempersulit kita untuk bertindak secara etis bahkan bagi orang yang berniat paling baik sekalipun, atau mempersulit orang yang tidak jujur untuk bertindak tidak etis. Tanggung jawab atas keadaan yang dapat mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis jatuh kepada manajemen bisnis dan tim eksekutif.

            Dalam situasi bisnis, para individu harus mempertimbangkan implikasi etis dan pengambilan keputusan pribadi dan profesional (personal and prosfessionanl decision making). Beberapa dari peran yang kita emban bersifat sosial : teman, anak, pasangan, warga negara, tetangga. Beberapa bersifat institusional : manajer, pengajar, pengacara, akuntan, auditor, analis keuangan, dan sejenisnya. Pengambilan keputusan dalam konteks ini menimbulkan pertanyaan yang lebih luas berkaitan dengan tanggung jawab sosial dan keadilan sosial.

            Dalam konteks bisnis, para individu mengisi peran sebagai karyawan, manajer, eksekutif senior, dan anggota dewan. Para manajer, eksekutif, dan anggota dewan memiliki kemampuan untuk menciptakan dan membentuk konteks organisasi di mana semua karyawan mengmbil keputusan. Oleh karena itu, mereka memiliki sebuah tanggung jawab untuk meningkatkan pengaturan organisasi yang mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis.

Pada umumnya, kita juga lebih nyaman dengan aturan keputusan yang disederhanakan. Sebuah aturan keputusan yang sederhana memberikan ketenangan bagi banyak pengambil keputusan. Kita terkadang memilih alternatif yang memenuhi kriteria keputusan yang minimal, dikenal juga dengan istilah “satisficing” (memuaskan). Kita memilih pilihan yang mencukupi, pilihan yang dapat diterima manusia, walaupun itu bukan yang terbaik.

            Baru sandungan lainnya tidak bersifat kognitif atau intelektual akan tetapi berkaitan dengan motivasi dan keinginan yang kuat. Terkadang orang-orang juga megambil keputusa yang belakangan mereka sesali karena mereka kurang memiliki keberanian untuk melakukan sebaliknya, tidak mudah untuk melakukan sesuatu yang benar.

Pada umumnya, kita juga lebih nyaman dengan aturan keputusan yang disederhanakan. Sebuah aturan keputusan yang sederhana memberikan ketenangan bagi banyak pengambil keputusan. Kita terkadang memilih alternatif yang memenuhi kriteria keputusan yang minimal, dikenal juga dengan istilah “satisficing” (memuaskan). Kita memilih pilihan yang mencukupi, pilihan yang dapat diterima manusia, walaupun itu bukan yang terbaik.

            Baru sandungan lainnya tidak bersifat kognitif atau intelektual akan tetapi berkaitan dengan motivasi dan keinginan yang kuat. Terkadang orang-orang juga megambil keputusa yang belakangan mereka sesali karena mereka kurang memiliki keberanian untuk melakukan sebaliknya, tidak mudah untuk melakukan sesuatu yang benar.

            Membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan secafra etis sepanjang hidup seseorang mungkin merupakan tantangan paling serius yang dihadapi semua orang. Hal yang paling mudah adalah bersikap pasif dan hanya menyesuaikan diri dengan ekspektasi sosial dan budaya, “mengikuti arus”.

 

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved