Knowledge Sharing
Forum (KSF) yang diselenggarakan pada hari Kamis (29/07/2021) memasuki seri
ke-21. Tema pada KSF kali ini yaitu “Pariwisata dan Industri Kreatif: Peluang
dan Tantangan pada Masa dan Pasca Covid-19” Acara diselenggarakan secara daring
melalui aplikasi Zoom dan YouTube UT-TV dengan narasumber Dr. Sandiaga
Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A. (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI), Ir.
H. Maulana Yusran, M.B.A., M.Sc. (Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran
Indonesia), Prof. Dr. Ginta Ginting, M.B.A. (Universitas Terbuka), sebagai
moderator oleh Kurnia Endah Riana, S.E., M.Com. (Universitas Terbuka). Acara
dibuka oleh sambutan Rektor UT, Prof. Ojat Darojat M.Bus, Ph.D. Beliau
menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 masih berlangsung dan melanda dunia,
kondisi ini telah menimbulkan resesi ekonomi dunia. Di Indonesia penyebaran
virus ini telah berdampak pada berbagai sektor, termasuk sektor ekonomi,
Sebagian besar sektor penunjang ekonomi terkena dampak dari pandemi ini, sektor
pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan sektor penunjang ekonomi yang mengalami
dampak yang signifikan. Pada sektor pariwisata adanya berbagai kebijakan
penguncian wilayah negara atau lockdown dan pembatasan aktivitas sosial
mengakibatkan terputusnya mata rantai industri pariwisata, antara lain: bisnis
transportasi, perhotelan, tempat wisata, dan lainnya. Di sektor ekonomi kreatif
berdampak antara lain: industri hiburan, kuliner, usaha UMKM dan industri
lainnya. Banyak pelaku usaha dari industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang
tidak mampu bertahan karena mengalami penurunan pendapatan atau omzet secara
drastis akibat menurunnya jumlah daya beli dari masyarakat. Fenomena yang
muncul dari dampak pandemi tersebut mendorong industri pariwisata dan ekonomi
kreatif harus optimis, semangat dan bangkit untuk menghadapi tantangan, membuka
kesempatan atau peluang, melakukan percepatan inflasi dan transformasi dengan
terus beradaptasi di masa dan pasca pandemi covid-19. Selanjutnya, Dr.
Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A. (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
RI) mengatakan bahwa dampak dari pandemi untuk pariwisata dan ekonomi kreatif
sangat dahsyat, penurunan wisatawan mancanegara mencapai 75% dan wisatawan
nusantara sekitar 30%. Lebih dari 2 juta masyarakat kehilangan pekerjaan dari
total 34 juta yang bergerak di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Lalu ada
3 pilar utama untuk pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif yaitu inovasi,
adaptasi dan kolaborasi, sebagai bangsa yang besar sudah seharusnya kita
berkolaborasi, jangan asik berkompetisi jangan lupa inovasi dengan memanfaatkan
teknologi digital dan beradaptasi ditengah pandemi dengan mengedepankan
protokol kesehatan yang ketat dan disiplin. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif sudah meluncurkan hibah tahun lalu dan sudah diterima sebanyak 2.3
triliun yang sudah terealisasi dari total anggaran 3.3 triliun. Dalam
paparan yang disampaikan oleh Ir. H. Maulana Yusran, M.B.A., M.Sc. (Sekjen
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) yang membahas mengenai peluang dan
tantangan sektor usaha hotel dan restoran pasca covid-19 menjelaskan bahwa
sektor pariwisata dari wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara mengalami
penurunan yang sangat signifikan yang diakibatkan dari pandemi covid-19. Dampak
pandemi di setiap daerah ada 3 yaitu adanya penurunan penerimaan pajak hotel
dan restoran di setiap kabupaten/kota, menurunnya permintaan pada sektor usaha
menengah kecil (UMK), dan penurunan occupancy hotel dan konsumen di restoran.
Maulana Yusran mengatakan adaptasi program pemasaran akomodasi dimasa pandemi
covid-19 yaitu dengan menyediakan paket-paket akomodasi dan kerjasama dengan
pemerintah, lalu transformasi bisnis di sektor usaha hotel dan restoran adalah
transformasi standar kesehatan dan keamanan, transformasi digitalisasi,
transformasi efisiensi dan lapangan kerja akan semakin sulit. Kunci pemulihan
sektor pariwisata yaitu dengan vaksin covid-19, pengawasan protokol kesehatan
di masyarakat. Prof. Dr. Ginta Ginting, M.B.A. (Universitas Terbuka)
dalam paparannya mengatakan harus melihat berkah terselubung pandemi Covid-19
untuk menciptakan pariwisata dan ekonomi kreatif yang lebih resilien, adaptif
dan berdaya saing. Pelaku di sektor pariwisata sudah “naik kelas” artinya
mereka mempunyai kapabilitas yang luar biasa, yaitu concern mereka di
kesehatan, keamanan dan keselamatan (K3). Kemudian mereka meningkatkan kapabilitas
baru, dengan pandemi seperti ini digitalisasi sebagai solusi untuk
mempertahankan bisnisnya. Namun pandemi ini juga menimbulkan peluang pelaku
usaha parekraf antara lain, perubahan model bisnis dari yang traditional
tourism management menjadi digital tourism management akan menjadi peluang
dalam mempertahankan dan memulihkan sektor pariwisata nasional, lalu sektor
ekonomi kreatif berbasis digital juga dapat meningkatkan kontribusi terhadap
PDB, selanjutnya orientasi segmen pasar berubah dari wisatawan mancanegara
menjadi wisatawan nusantara. Sebagai penutup Prof. Dr. Ginta Ginting, M.B.A.
mengatakan survival dalam sektor pariwisata tidak hanya soal pemulihan tetapi
pemulihan yang strategis dan bisa bertransformasi sehingga resilien itu bisa
dibangun, resilien ini adalah suatu kunci untuk pengembangan pariwisata dan
ekonomi kreatif di masa depan karena ketidakberdayaan menghadapi bencana
seperti ini bisa diantisipasi melalui strategi manajemen resiko sehingga dampak
terhadap industri pariwisata dan ekonomi kreatif tidak terpuruk pada saat
sekarang ini. Jadi melalui strategi transformasi dan resiliensi ini menjadikan
industri pariwisata dan ekonomi kreatif maju, berdaya saing, berkelanjutan, dan
mendukung kearifan lokal. |