Kemajuan teknologi tidak hanya
memudahkan pekerjaan manusia, namun juga bisa mengurangi keterlibatan manusia
dalam suatu aktivitas. Kalimat pembuka tersebut dianggap penulis mampu
merepresentasikan isi dari seluruh tulisan berikut ini. Jika dulu kita mengenal
bahwa faktor produksi minimal terdiri dari man, machine, material, money, and method (5M), maka di era industri 4.0
saat ini bisa saja peranan faktor produksi berupa tenaga kerja akan sangat
minimal karena sebagian diambil alih oleh mesin. Internet of Things (IoT) dan Industri 4.0 merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk
memperluas konektivitas internet antara benda-benda di sekitar kita dengan
aktivitas/pekerjaan secara otomatis melalui pertukaran data yang sangat cepat.
Seluruh sistem tersebut terhubung dalam jaringan siber dan fisik dengan
memanfaatkan komputasi awan (cloud computing). Kecanggihan teknologi IoT yang ada saat ini memampukan
alat-alat elektronik agar selalu terhubung dengan internet dan akan secara
otomatis menjalankan perintah sesuai program yang diinginkan user. Pendingin ruangan,
komputer, printer, lampu, dan perlengkapan elektronik lainnya bisa secara
otomatis berfungsi sesuai perintah yang diinput sebelumnya atau dengan
memanfaatkan basis data yang kemudian diolah dengan logika artificial intellegent sehingga dapat
menghasilkan perintah secara otomatis. Misalnya, lampu penerangan baru
berfungsi saat mendeteksi adanya keberadaan manusia, komputer akan secara
otomatis menyala saat pegawai melakukan absensi kehadiran dan mati saat melakukan
absensi pulang. Bahkan mungkin saja mesin pembuat kopi otomatis akan bekerja
saat lokasi anda mendekati radius tertentu dari tempat kerja dan masih banyak
lagi alat lainnya yang cara kerjanya tidak lagi dioperasikan secara manual.
Contoh yang lebih komplek misalnya, lemari pendingin dapat mendeteksi
persediaan apa saja yang sudah habis dan secara otomatis merchant langganan anda akan
mengirimkan kebutuhan tersebut karena sistem dan database-nya telah
terintegrasi melalui cloud.
Hampir setiap benda saat ini dilengkapi dengan penandaan
barang (barcode,
RFID,
maupun bentuk lainnya) sedangkan penandaan pada tubuh manusia biasanya
dilakukan melalui sidik jari, retina, ataupun pengenalan wajah untuk keperluan surveilance. Dengan adanya penandaan
tersebut, pergerakan benda dan manusia tersebut dapat dengan mudah dideteksi
dan dilakukan pertukaran data dengan sistem lain untuk dianalisis. Pekerjaan
seperti pengadaan/pembelian alat tulis kantor mungkin sudah tidak diperlukan
karena pembelian akan secara otomatis dilakukan oleh sistem apabila
ketersediaan untuk item tertentu sudah mencapai angka limit. Sistem presensi
untuk kehadiran pegawai mungkin juga akan segera usang dalam waktu dekat karena
keberadaan pegawai bisa dideteksi dari gadget yang dibawanya sehingga sistem bisa secara otomatis
melakukan presensi saat pegawai berada pada radius tertentu dari kantor. Bahkan
kamera CCTV bisa saja mengenali wajah dan keberadaan seseorang pada meja
kerjanya melalui suhu tubuh sehingga produktivitas pegawai tidak perlu diawasi
oleh atasan atau supervisor. Hal-hal semacam itu bukanlah hal yang mustahil
untuk diwujudkan dalam waktu dekat. Disisi lain, kecanggihan industri 4.0 juga cukup memberikan
rasa takjub tersendiri. Aplikasi semacam Google Translate dan Youtube saat ini
sudah bisa mendeteksi suara yang secara otomatis akan dibuat caption/subtitle dari suara yang dihasilkan
(speech to
text).
Kecanggihan semacam itu akan sangat menghemat waktu anda dalam bekerja jika
anda tahu bagaimana memanfaatkannya, misalnya anda tidak memerlukan waktu yang
lama untuk mengetik notulen rapat atau menugaskan pegawai lain sebagai notulen
rapat sehingga menghemat beban kerja pegawai. Artinya, kebutuhan SDM akan lebih
efisien karena jam kerja pegawai bisa lebih optimal untuk melakukan pekerjaan
lainnya. Kemajuan perkembangan teknologi sering dikaitkan dengan
perkembangan hardware
komputer. Mantan CEO Intel, Gordon
Moore, bahkan sudah memprediksi bahwa peningkatan jumlah transistor dalam sebuah integrated circuit (IC) akan berlipat ganda
setiap 2 tahun yang secara implisit dapat dimaknai bahwa pengembangan software juga akan semakin baik.
Apabila pembaca tergolong sebagai Generasi X dan Generasi Y, maka pembaca
sekalian merupakan saksi hidup yang mengalami pesatnya berbagai perkembangan teknologi.
Hal-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan saat kita masih bocah, saat ini sudah
menjadi kebutuhan sehari-hari anak-anak kita. Tidak dapat dipungkiri bahwa IoT
telah memberikan kemudahan bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari, meskipun
hal tersebut bisa juga menjadi tantangan bagi pihak lainnya. Trade off
yang diakibatkan perkembangan teknologi bisa kita amati dengan mudah
disekeliling kita. Transformasi pola konsumsi masyarakat yang lebih senang
berbelanja online melalui marketplace disatu sisi meningkatkan pemerataan kesejahteraan dan
meningkatkan aktivitas ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja baru utamanya
dibidang logistik, namun di sisi lain teknologi tersebut membawa dampak negatif
bagi keberadan usaha yang masih menggunakan sarana fisik sebagai media
pemasaran mereka. Menjamurnya aplikasi konsultasi medis secara online memberikan kenyamanan bagi
masyarakat karena tidak perlu antri dan bepergian saat kondisi badan sedang
sakit serta mengurangi kelangkaan kebutuhan tenaga medis. Namun demikian, efek
sampingnya adalah lapangan kerja dibidang kesehatan menjadi menurun seperti
perawat, administrasi, maupun tenaga kerja pendukung lain. Peluang bagi Organisasi Kemudahan yang bisa didapatkan akibat perkembangan
teknologi sudah banyak sekali contoh penggunaannya di lingkungan kerja kita.
Sebagai contoh, pelaksaan lelang sudah mengakomodasi e-auction, sebuah aplikasi yang
sangat baik sehingga memberikan manfaat yang lebih besar dari pada biaya yang
dikeluarkan. Aplikasi tersebut merupakan contoh nyata dari pergeseran faktor
produksi yang diperlukan untuk menghasilkan Risalah Lelang dari tenaga kerja (man) kepada sistem aplikasi (machine & process). Big data interchange antara instansi pemerintah
bisa juga digunakan untuk mempercepat proses verifikasi dokumen sehingga
memberikan keamanan dan keyakinan bagi petugas. Peran serta Pejabat Lelang (PL)
tetap ada namun resources
waktu yang
dibutuhkan lebih sedikit sehingga PL bisa melakukan aktivitas lain atau
produktifitasnya akan meningkat karena didukung teknologi. Pelaksanaan lelang
pada suatu wilayah bisa dilakukan tanpa kehadiran PL karena sudah didukung
teknologi teleconference, biaya perjalanan dinas
bisa dikurangi bahkan ditiadakan dan waktu kerja PL bisa lebih optimal sehingga
frekuensi lelang bisa lebih banyak. Berikutnya adalah aplikasi office automation (Nadine) yang jamak
digunakan saat ini. Penggunaan aplikasi tersebut tidak hanya menghemat biaya
namun juga waktu. Dokumen fisik yang sebelumnya harus dicetak dan disimpan saat
ini tidak perlu lagi dilakukan. Penyampaian dokumen yang sebelumnya menggunkan
pos/kurir dan terdapat kemungkinan hilang, saat ini bisa langsung terkirim dan
dipastikan sampai kepada tujuan. Kemudahan dalam melakukan koreksi atas narasi
naskah dinas juga bisa langsung dilakukan melalui user masing-masing atasan
sehingga waktu untuk penyelesaian naskah dinas lebih efisien. Pekerjaan penilaian yang selama ini membutuhkan survei
untuk mengetahui objek fisik maupun pembanding, mungkin dalam beberapa tahun
kemudian frekuensi pelaksanaan survei fisik akan sangat minim. Survei lapangan
bisa jadi cukup menggunakan penginderaan jarak jauh (citra satelit atau drone) yang kemampuannya bisa
sangat detil hingga satuan centimeter sementara data transaksi sebagai
pembanding dapat diperoleh melalui data interchange dengan pihak lain menggunakan big data analisis. Selain yang
disebutkan di atas, tentunya masih banyak lagi bentuk-bentuk inovasi yang
mungkin akan terjadi pada masa-masa mendatang. Quantum leap dalam perkembangan
teknologi masih dapat ditingkatkan untuk hal-hal lain yang menjadi tusi DJKN. Ancaman bagi organisasi Beberapa kemudahan tersebut ternyata bisa menjadi ancaman
bagi organisasi, khususnya dalam hal pengelolaan sumber daya manusia. Pertama,
diperlukan extra
effort untuk
meningkatan kapasitas SDM agar mampu menggunakan teknologi yang sudah tersedia.
Peningkatan kapasitas SDM merupakan tugas yang cukup berat bagi organisasi
terlebih bagi pegawai yang sudah berusia senja. Kedua adalah kebutuhan SDM,
kemudahan-kemudahan yang diperoleh dari teknologi tentunya akan mengurangi
kebutuhan SDM. Efisiensi pelaksanaan tugas bisa membuat satu pegawai bisa
merangkap melaksanakan tugas untuk pegawai lainnya. Pelaksanaan pekerjaan yang
sebelumnya membutuhkan waktu (timely) akan mejadi sangat efisien ketika pelaksanaannya bisa
dibantu dengan teknologi sehingga waktu kerja menjadi sangat berkurang.
Kebutuhan pegawai tersebut tentunya harus dilakukan secara selektif sehingga
hanya pegawai yang memilliki kualifikasi yang cukup yang perlu dipertahankan
sementara pegawai lain yang kurang berkontribusi akan menjadi pengangguran
terselubung akibat kurang optimalnya jam kerja. Ketiga adalah eksistensi dari organisasi itu sendiri,
simplifikasi aturan yang didukung dengan adanya kemudahan teknologi merupakan
ancaman bagi keberlangsungan organisasi. Pekerjaan yang sebelumnya memerlukan
SDM cukup banyak kemudian berkurang tentunya akan mengurangi beban kerja.
Aglomerasi tugas dan fungsi beberapa unit menjadi satu kesatuan bisa menjadi
alternatif kebijakan jika pertimbangannya adalah kemudahan koordinasi dan
efisiensi operasional, meskipun hal tersebut bukanlah perkara mudah. Fakta-fakta tersebut di atas tentunya bisa kita gunakan
sebagai pelajaran tentang bagaimana kita harus mendesain organisasi kita ke
depan. Contoh kongkret di lingkungan Kemenkeu adalah pada tahun 2000-an dimana
terjadi proses reformasi pengelolaan anggaran dan otomasi SPM - SP2D. Perubahan itu pasti terjadi
dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi menjadi
keharusan agar kita bisa bertahan. Peluang dan ancaman yang mungkin terjadi
harus menjadi perhatian petinggi organisasi utamanya saat melakukan perencanaan
stratejik. Sehinga apabila perubahan itu terjadi, maka masa transisi yang
diperlukan tidak membutuhkan waktu yang lama dan meminimalkan potensi
resistensi dari berbagai pihak terkait . Tetap berimajinasi, karena imajinasi
itu lebih berharga daripada ilmu pasti. Dan dengan imajinasi itu, kita bisa
mempersiapkan masa depan lebih baik. Pertimbangan analisis biaya manfaat
sebagai dasar pembelaan bahwa teknologi tidak murah. Jika dahulu teknologi
merupakan barang yang sulit dijangkau, maka saat ini penggunaan teknologi
justru memberikan skala ekonomis bagi pihak yang mengoperasikannya.
|