Menurut
Davis (1989) yang dimaksud dengan iklim organisasi adalah lingkungan manusia di
dalam suatu organisasi tempat mereka melaksanakan pekerjaan. Jadi iklim
organisasi adalah kepribadian organisasi seperti yang dilihat oleh anggotanya
sehingga iklim organisasi menjadi dasar bagi anggotanya untuk menafsir dan
memahami keadaan sekitar mereka dan menentukan hubungan antara imbalan dan
hukum. Iklim organisasi atau
suasana kerja, dapat bersifat tampak mata atau fisik dan dapat pula bersifat
tidak tampak mata atau emosional. Iklim organisasi merupakan suasana kerja yang
dialami oleh anggota organisasi, misalnya lewat ruang kerja yang menyenangkan,
rasa aman dalam bekerja, penerangan yang memadai, sarana dan prasarana yang
memadai, jaminan sosial yang memadai, promosi, jabatan, kedudukan, pengawasan
yang memadai, dan lain-lain. Selain itu lingkungan
juga merupakan faktor penting, sebab kenyataan menunjuk bahwa semakin banyak
organisasi yang secara ilmiah memantau kekuatan lingkungan. Maknanya hidup atau
matinya suatu organisasi bergantung pada kemampuan organisasi tersebut
memanfaatkan lingkungan dan kesediaan lingkungan untuk menerimanya. Ada 4
prinsip faktor yang mempengaruhi Iklim,yaitu : 1. Menager/pemimpin. 2. Perilaku kariawan. 3. Perilaku kelompok kerja. 4. Faktor eksternal organisasi Dalam beberapa seginya, konsep iklim organisasi memiliki
kemiripan tertentu dengan konsep budaya organisasi. Pertama, fokus perhatian dalam
kedua konsep “kembar” ini adalah sama-sama tertuju pada faktor manusia sebagai
kolektivitas di dalam organisasi. Di satu pihak, iklim organisasi meletakkan
fokus pada dimensi persepsi, sikap dan perilaku pada anggota; sementara itu, di
lain pihak, studi budaya menekankan norma-norma dan nilai-nilai yang mendasari
perilaku. Mau tidak mau, studi iklim organisasi pada akhirnya mengalami tumpang
tindih dengan studi budaya karena membahas fenomena yang lebih kurang sama,
yaitu pengalaman manusia di dalam organisasi. Kedua, studi iklim didasari oleh suatu pendekatan
yang berbasis psikologi gestalt yang menekankan dimensi persepsi yang bersifat
menyeluruh, hampir sejajar dengan sudut pandang holistik yang digunakan dalam
studi budaya.
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai yang
dimiliki dan dipatuhi oleh anggota organisasi dalam berfikir, perasaan, dan
bertindak, sedangkan iklim organisasi adalah suasana kerja yang dirasakan dan
dialami oleh anggota organisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan organisasi
tersebut. Dengan demikian hubungan budaya organisasi dan iklim organisasi tidak
bisa dipisahkan dengan kata lain budaya organisasi mempunyai hubungan yang erat
dengan iklim organisasi sebab dengan adanya budaya organisasi yang baik akan
tercipta iklim organisasi yang kondusif, dengan iklim organisasi yang kondusif
akan terwujud kepuasan kerja dari masing-masing anggota organisasi dimaksud.
jika suatu organisasi memiliki ciri-ciri iklim yang sesuai dengan budaya, maka
iklim yang terbentuk akan kondusif. Pada umumnya, iklim organisasi bersifat
teknis atau sementara, sedangkan budaya Organisasi lebih kekal dan
strategis. |