Pengembangan UMKM merupakan bagian yang
terintegrasi dalam penyatuan ekonomi di antara negara-negara anggota ASEAN.
Berdasarkan Cetak Biru Pengembangan UKM di ASEAN, ASEAN SME Blue Print 2004-2014
dan ASEAN Strategic Action Plan for SME Development 2010 –
2015 merupakan kerangka kerjasama dan rencana aksi untuk mengembangkan UMKM
ASEAN yang berdaya saing, dinamis dan inovatif. Kajian ini dilaksanakan dalam rangka
mengetahui posisi daya saing UMKM Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN
lainnya dan menyusun strategi peningkatan daya saing UMKM Indonesia dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Berdasarkan data-data yang tersedia,
dapat disimpulkan beberapa hal: 1. UMKM merupakan pelaku ekonomi yang penting dalam menyerap tenaga
kerja di ASEAN. 2. Meskipun UMKM termasuk di dalamnya usaha skala mikro mencakup 96%
dari keseluruhan usaha di negara-negara ASEAN, kontribusinya dalam pembentukan
nilai tambah masih terbatas, UMKM berkontribusi sebesar 42% dari total PDB
negara-negara ASEAN. 3. Secara umum, kontribusi UMKM ASEAN terhadap nilai ekspor dan
jaringan produksi global dan regional (Global Value Chain) lebih rendah
daripada perusahaan besar ASEAN. 4. Secara umum, kinerja UMKM Indonesia masih relatif rendah
dibandingkan negara-negara ASEAN dengan tingkat pembangungan yang relatif sama,
terutama dari segi produktivitas, kontribusi ekspor, partisipasi untuk produksi
global dan regional serta kontribusi terhadap nilai tambah. Beberapa studi terdahulu mengenai
faktor yang mempengaruhi kemampuan UMKM: 1. Nicolescu (2009) menunjukkan kemampuan UMKM untuk dapat bertahan
dan tumbuh tergantung dari faktor internal yang mempengaruhi produktivitas dan
inovasi perusahaan serta faktor eksternal. 2. Wignaraja (2012) dan Presisi(2014) menunjukkan secara umum
partisipasi UMKM dalam Global Value Chain (GVC) masih rendah
karena keterbatasan sumber daya seperti keuangan, informasi, kapasitas
manajemen dan teknologi serta akses terhadap informasi pasar (Wignaraja, 2012). 3. Harvie, Nardjoko & Oum (2010) menyebutkan yang dapat
meningkatkan partisipasi dalam GVC adalah skala dan kematangan usaha, foreign
linkage, produktivitas, inovasi dan akses pembiayaan. Tidak hanya partisipasi UMKM dan
perdagangan besar dalam GVC yang rendah, hasil studi Presisi pada tahun 2014
juga menunjukkan rendahnya partisipasi Indonesia dalam GVC dibandingkan Negara
ASEAN lainnya pada indikator perdagangan mesin dan komponen. Hal ini disebabkan
oleh faktor pendukung GVC yang belum optimal, yaitu infrastruktur
dan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi, kehandalan dan efisiensi
jasa logistik, tingginya hambatan perdagangan, tingkat upah yang relatif tinggi
dibandingkan negara ASEAN serta ketatnya persyaratan dalam akses pembiayaan
perbankan. Selain itu, pelaku usaha di Indonesia mengalami kesulitan memenuhi
standar produk internasional karena adanya kesulitan perolehan bahan baku lokal yang sesuai dengan
permintaan konsumen global. Secara spesifik, beberapa hal yang
perlu dibenahi untuk meningkatkan daya saing UMKM adalah: 1. Produktivitas dan Inovasi Peningkatan produktivitas dilakukan
dengan perbaikan tingkat pendidikan dan keahlian manajerial. 2. Kemudahan Berusaha (Ease of Doing Business) Pemerintah telah memberikan kemudahan
pengurusan perizinan bagi UMKM dan pembebasan biaya. Usaha lainnya adalah
pembebasan UMKM dari pajak penghasilan selama 2 tahun pertama dan memberikan
fasilitasi akses terhadap jasa konsultan pajak murah. 3. Akses Permodalan (Access to Finance) Pemerintah mempunyai program Kredit
Usaha Rakyat (KUR) untuk mendorong penyaluran kredit UMKM yang dijamin tanpa
mempersyaratkan agunan tambahan dengan tingkat bunga disubsidi sebesar 12% per
tahun. Selain itu, pemerintah melalui LPEI memberikan kredit ekspor bagi UMKM
dengan persyaratan minimal 50 tenaga kerja. 4. Akses Pasar Dengan melakukan program
yang mendukung aspek pemasaran UMKM di pasar domestik dan program promosi ekspor dengan cara pandang
yang lebih berorientasi pada pasar global. 5. Dukungan Infrastruktur. Perbaikan dan pembangunan infrastruktur
baru saat ini telah menjadi fokus pemerintah Indonesia,dan diperkirakan akan
berdampak positif terhadap pertumbuhan bisnis di Indonesia. 6. Siklus Bisnis Dampak krisis finansial menyebabkan
turunnya permintaan global idealnya dimanfaatkan untuk meningkatkan
produktivitas dan keahlian pelaku UMKM sehingga pada saat permintaan mulai
naik, UMKM Indonesia telah memiliki daya saing yang lebih baik.
|